Merakit Diri

Join us and be a part of teen mental health advocates

Tentang Penelitian Kesehatan Mental Remaja

Masa pertumbuhan dan perkembangan usia remaja adalah masa penuh tantangan, di mana mereka mengalami masa peralihan besar dari masa kanak—kanak ke masa dewasa. Di masa peralihan ini, remaja mengalami perubahan baik secara fisik, mental maupun peran sosial. Sayangnya, sebagian dari remaja dihadapkan dengan tantangan kesehatan mental selama masa peralihan tersebut, seperti trauma, kecemasan, kedukaan atau kehilangan.

Remaja membutuhkan dukungan lingkungan yang aman, baik dan sehat agar kesehatan dan kesejahteraannya berkembang dengan semestinya. Selain itu, remaja merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, maka sudah selayaknya kesehatan remaja perlu mendapatkan perhatian lebih. Penelitian kesehatan remaja bertujuan untuk membantu remaja mengatasi tantangan kesehatan mental agar tumbuh menjadi dewasa muda yang sehat.

Ayo ikut berpartisipasi dan menjadi bagian dari studi penelitian kesehatan remaja

Offline - Efektivitas Program Seni Terapeutik Dalam Menangani Reaksi Duka Remaja

Apakah kamu seorang remaja usia 12-18 tahun dan duduk di bangku SMP/SMA/Sederajat, yang mengalami kehilangan satu atau kedua orang tua akibat meninggal? Kamu dapat berpartisipasi dalam studi penelitian yang akan membantumu memahami reaksi duka dan belajar cara sehat untuk mengolah reaksi dukamu lewat program seni terapeutik secara tatap muka.

Online - Efektivitas Program Seni Terapeutik Dalam Menangani Reaksi Duka Remaja

Apakah kamu seorang remaja usia 12-18 tahun dan duduk di bangku SMP/SMA/Sederajat, yang mengalami kehilangan satu atau kedua orang tua akibat meninggal, tetapi tidak tinggal di Jakarta dan sekitarnya? Kamu dapat berpartisipasi dalam studi penelitian secara online.

Meet The Researcher

Karinka Ngabito | @kreasikarinka

Pengalaman duka Karinka dimulai sejak berpulangnya suami untuk selamanya pada tahun 2016 dan menjadi ibu tunggal bagi putrinya yang kehilangan ayah saat berusia 4,5 tahun.  Selama mengarungi perjalanan duka bersama putrinya, ia telah menemukan banyak makna, termasuk mendirikan Merakit Diri dan berani melangkah untuk melanjutkan kuliah Program Magister S-2 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Baginya, seni dan kreativitas adalah alat terapeutik yang membantu ia dan putrinya dalam mengelola ombak duka agar bisa terus tumbuh ke depan.  Sebagai seorang certified expressive arts therapy facilitator, ia berharap dapat berkontribusi membantu orang yang mengalami duka untuk mengelola rasa dukanya secara sehat dan kreatif melalui media seni.