Merakit Diri

Duka adalah reaksi normal dari kehilangan.

Kehilangan orang yang disayangi tentunya membuat kejutan tersendiri.  Kejutan tak nyaman bagi pikiran dan tubuh.  Sebagai orang dewasa, tentunya kita memahami konsep kematian dan sadar bahwa umur sejatinya adalah rahasia Allah.  Tetapi sesiap apapun kita dengan pemahaman tersebut, saat orang yang kita kasihi berpulang, pastinya tetap meninggalkan duka yang dalam.

Perasaan mati rasa, hampa, putus asa adalah bagian normal saat kita berduka.  Bagaimana mungkin kita tidak merasa kesedihan mendalam saat orang yang disayangi tiada.  Bagi saya, hampa dan gelap adalah perasaan pertama yang mendominasi awal mendiang suami meninggal. Membuat jiwa ini separuh kosong.

Tidak ada yang cara dan waktu yang ‘benar’ untuk menghilangkan duka.

Setiap orang akan menemukan waktu dan caranya sendiri. Selama berproses, tentunya kita tetap membutuhkan keberanian untuk merangkul kekosongan jiwa yang muncul akibat duka. Loh, jiwa kosong kok harus dirangkul?

Memang lebih mudah untuk menghindari atau menekan rasa kosong daripada menerimanya.  Banyak orang menghindari kekosongan atau bahkan terlalu cepat mengisi kekosongan, yang justru malah membuat dirinya semakin terjebak dalam kesedihan.  Rangkul dan sadari sepenuhnya semua yang membuat jiwa kosong selama yang kita perlukan.  Dengarkan diri sendiri. Dengan begitu, kita memberi kesempatan ruang untuk pulih.

Banyak cara sehat yang bisa dilakukan untuk merangkul kekosongan. Membuat karya menjadi salah satu cara bagi banyak orang untuk menemukan ketenangan batin, termasuk saya.  Saya menemukan kenyamanan dan penghiburan yang besar dari membuat karya.  Menulis dan berkreasi membantu saya untuk merangkul kekosongan.  Tentunya, kegiatan ini juga dapat membantumu merangkul rasa hampa dalam diri.

“Tapi aku gak kreatif loh. Aku bukan seniman.”

Tak jarang saya mendengar ucapan itu.  Tidak masalah jika tidak merasa kreatif. Menulis jurnal untuk diri sendiri tidak memerlukan teknis menulis.   Tidak apa juga jika hanya bisa menggambar garis semrawut atau abstrak penuh warna. Yang kita perlukan hanyalah kemauan untuk melakukan dan menikmati prosesnya, bukan fokus pada hasil karya akhir. Kita hanya memerlukan ruang untuk mengekspresikan kekosongan jiwa.  Saat memulai melakukannya, tak jarang orang jadi terkejut karena merasakan betapa nyamannya merangkul rasa hampa dengan menulis dan menggambar.

Para pakar kesehatan mental mengatakan bahwa membuat karya seni setelah mengalami rasa duka bisa menjadi alat terapeutik untuk menyembuhkan.  Berkarya membantu kita mengekspresikan dan melepaskan emosi yang menyakitkan.  Seringnya mengakses emosi hampa ini tidak mudah, belum tentu dapat diekspresikan dengan berbicara.  Menulis dan menggambar bisa menjadi cara sehat lain untuk mengeluarkan perasaan dan pikiran terdalam seseorang.

Bingung memulainya?

Saat awal ditinggal mendiang suami, saya seringkali membuat kolase foto dan tulisan atau video yang mengingatkan masa indah kami sebagai obat rindu.   Berikut beberapa pemantik ide yang bisa digunakan untuk memulai merangkul kekosongan.  Tuangkan perasaan lewat tulisan atau gambar.  Dengarkan suara hati bercerita lewat karya seni sendiri.

  • Hari ini, aku kangen …
  • Ceritakan saat awal bertemu
  • Kenangan bersama yang membuat tertawa

Banyak penelitian menjelaskan bahwa membuat karya memberikan manfaat baik bagi perjalanan pulih seseorang, termasuk untuk saya sendiri.  Mungkinkah cara ini yang akan membantumu merangkul kekosongan jiwa dalam diri? Kamu tidak akan pernah tahu jika tidak mencobanya.

Penulis: Karinka Ngabito