Merakit Diri

Sering kali kita berpikir bahwa duka hanya terjadi pada saat seseorang ditinggal oleh orang yang disayangi berpulang selama-lamanya.  Namun, ternyata banyak sekali jenis duka yang bisa dialami seseorang. Dari yang dianggap ‘sepele’ oleh orang lain hingga yang sangat kronis dan menganggu kesehatan mental.

Duka dapat dialami seseorang ketika mengalami peristiwa apa pun yang mengubah kehidupannya. Kamu mungkin saja berduka atas kehilangan orang terdekat, anggota keluarga, sahabat, hewan peliharaan, pernikahan, rumah, pekerjaan atau kesehatan dan lainnya.  Duka juga dapat dialami orang yang didiagnosis mengidap penyakit terminal.

Yuk kita kenali lebih lanjut mengenai jenis dan reaksi duka.


Apa itu Grief atau Duka?

Menurut kamus American Psychology Association, duka adalah kesedihan yang dialami setelah kehilangan yang sangat berarti, biasanya adalah kematian orang yang dicintai. Duka sering kali mencakup tekanan fisiologis, kecemasan perpisahan, kebingungan, kerinduan, obsesi memikirkan masa lalu serta ketakutan akan masa depan. Kedukaan yang berlarut-larut dapat mengancam jiwa seseorang melalui gangguan sistem kekebalan tubuh, pengabaian diri dan pikiran untuk bunuh diri.

Duka juga bisa berupa penyesalan atas sesuatu yang hilang, penyesalan atas sesuatu yang telah terjadi atau kesedihan atas kemalangan yang terjadi pada diri.

Apa saja jenis duka?

Ternyata ada lebih dari 15 jenis tipe kedukaan. Berikut beberapa jenis grief yang mungkin paling sering dialami banyak orang. Semua rasa duka adalah valid dan masih banyak orang di sekitar kita yang menganggap rasa duka yang dialami oleh seseorang adalah hal yang ‘sepele’. Tidak ada hal yang ‘sepele’ dalam mengalami berduka. Lagi-lagi, semua orang punya pengalaman duka yang berbeda-beda. Grief itu unik dan rumit. Setiap orang punya cara dan waktu masing-masing untuk menghadapi dan mengatasinya. Nah, apa saja jenis duka? Apakah kamu mengalaminya?

Normal Grief
Rasa duka normal adalah perasaan, reaksi dan perilaku normal yang diperkirakan muncul setelah mengalami kehilangan. Reaksi tersebut dapat memengaruhi feeling, pikiran, perilaku dan fisik kita, bahkan memengaruhi secara spiritual.

Chronic Grief
Reaksi duka normal yang tidak mereda dan berlanjut hingga waktu yang lebih lama dari biasanya. Chronic grief atau Prolonged Grief Disorder ditandai dengan kesedihan yang intens dan terus-menerus sehingga menyebabkan masalah dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Anticipatory Grief
Duka antisipatif biasanya muncul sebelum kehilangan benar-benar terjadi. Biasanya, rasa duka muncul ini terkait dengan diagnosis penyakit akut, kronis dan penyakit terminal pada orang terdekat atau pada diri sendiri.

Delayed Grief
Reaksi duka yang tertunda, di mana respons emosional terhadap kehilangan ditekan atau ditunda dan secara sadar atau tidak sadar menghindari rasa sakit yang dialami. Ketika seseorang menunda atau menekan proses berdukanya, hal ini akan menimbulkan dampak negatif yang semakin meluas seiring berjalannya waktu, baik secara fisik dan mental.

Disfranchised Grief
Duka jenis ini ditemui ketika kehilangan tidak dapat diakui secara terbuka dan diakui secara sosial dan sulit dibagikan dengan publik. Misalnya duka dalam hubungan tersembunyi, duka kehilangan hewan peliharaan atau di mana kedukaan dianggap sepele oleh orang lain atau ‘tidak diterima’ oleh budaya.

Dan masih banyak lagi jenis duka lainnya, termasuk secondary loss.

Apa itu Secondary Loss?


Secondary Loss adalah efek atau perubahan yang dialami setelah mengalami kedukaan utama (misal kematian orang tercinta). Setelah kedukaan utama, kita juga mengalami serangkaian kehilangan sekunder, di mana banyak faktor yang terjadi dan kita harus menyesuaikan diri untuk melanjutkan kehidupan pasca kehilangan.

Apa saja yang bisa termasuk secondary loss?

Apa saja reaksi yang dapat kita alami saat berduka?

Ketika mengalami duka, sangat wajar dan normal jika kita merasakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri kita. Saat berduka, rasanya beragam reaksi muncul dan sering membuat lelah.  Menurut William Worden, ada empat hal yang memengaruhi saat kita mengalami duka. Yuk! Kita bahas satu per satu.

Perasaan

Saat berduka, banyak emosi yang muncul dan rasanya saling tumpah tindih.  Emosi kuat yang biasanya muncul selama kita berduka adalah sedih, marah, rasa bersalah, mencela diri sendiri, cemas, sepi, lelah, ketidakberdayaan, shock, kerinduan, rasa lega, hampa.  Sangat wajar jika kita mengalami satu atau dua emosi secara bersamaan.

Pikiran

Kekalutan pikiran juga terjadi saat kita berduka, seperti ketidakpercayaan bahwa hal itu terjadi, kebingungan, sulit konsentrasi dalam belajar atau bekerja, terlalu obsesif memikirkan kehilangan atau halusinasi.  Ketika kita berduka, otak kita dipenuhi dengan pikiran akan rasa kehilangan tersebut, sehingga kita sulit fokus pada hal lain atau rutinitas sehari-hari.

Perilaku

Kamu juga bisa mengalami perubahan perilaku, misalnya lebih sering menangis, kesulitan tidur, mengalami perubahan pola makan, menarik diri dari lingkungan, menghindari kenangan, mengeluh, gelisah atau tetap menyimpan barang milik mendiang.

Sensasi Fisik

Biasanya hal ini sering diabaikan, tetapi reaksi fisik dapat menjadi faktor utama saat kamu berduka, misalnya perasaan kosong di bagian perut, lebih sensitif terhadap kebisingan, sesak napas, lemah otot, kekurangan energi atau mulut terasa kering.

Pantas saja duka terasa begitu rumit ya, karena ternyata dampak duka memengaruhi banyak hal dalam diri kita.  Kita pun perlu belajar bagaimana menghadapi kerumitan ini. Reaksi duka tersebut memang wajar dan banyak dialami orang-orang yang sedang berduka, namun kamu juga harus menyadari jika reaksi duka tersebut sudah menganggu fungsi keseharianmu ya.  Jika reaksi duka yang kamu alami sudah menganggu aktivitasmu, mungkin saatnya kamu mencari bantuan profesional. 

Kapan kamu perlu bantuan profesional? Berikut beberapa hal yang perlu kamu perhatikan:

  • Tidak ingin bangun dari tempat tidur
  • Merasa tidak punya harapan terus menerus
  • Menarik diri dari lingkungan sosial
  • Kesulitan dalam bekerja atau belajar
  • Pikiran ingin mengakhiri hidup atau menyakiti diri sendiri
  • Tidak menyukai lagi hal-hal yang membuatmu senang
  • Gangguan tidur dan pola makan yang tidak membaik

Konseling mengenai pengalaman dukamu atau bergabung dengan komunitas Teman Merakit Diri mungkin bisa meringankan bebanmu.

Secara umum, intensitas reaksi duka akan berkurang seiring berjalannya waktu, jika kita melakukan usaha yang sehat untuk menghadapi reaksi duka.  Satu-satunya cara mengatasi rasa duka adalah dengan menjalaninya.  Pemulihan membutuhkan waktu, usaha dan kesabaran dari diri kita sendiri.  Carilah cara yang aman dan sehat untuk merangkul dukamu.

Tapi kok rasanya seperti bolak-balik terus ya? Coba pahami proses duka dari dua sisi. Baca artikelnya di sini.

Semoga artikel ini memberi gambaran terkait duka yang mungkin kamu alami (atau orang yang kamu kenal). Ingat, jika kamu (atau orang yang kamu kenal) merasa perlu bantuan profesional dalam menghadapi rasa duka, jangan ragu untuk mencari bantuan ya! Jangan pernah merasa sendiri.

Sumber:
APA. (2022). APA Dictionary of Psychology. https://dictionary.apa.org/
Petruzzi, J. (2019). The Different Forms and Reactions of Grief and Bereavement.
Worden, J. W. (2018). Grief Counseling and Grief Therapy: A Handbook for the Mental Health Practitioner (5th ed.). Springer.