Semua orang berhak untuk berduka
Setiap orang berduka dengan caranya masing-masing karena kita punya hak untuk berduka dengan cara kita sendiri. Terkadang, kita merasa tertekan untuk berperilaku dengan cara tertentu atau ‘seharusnya’ merasa demikian, namun kita memiliki hak untuk mengungkapkan rasa duka dengan cara yang aman dan nyaman yang kita inginkan.
Ketika kita menyadari apa saja hak untuk berduka, kita tidak akan terlalu merasa tertekan untuk bagaimana ‘seharusnya’ merasakan atau merespons rasa duka. Selain itu, kita harus terus melatih penggunaan hak kita untuk berduka agar kebutuhan emosional terpenuhi.
Sebagai seorang grief educator dan konselor, Dr. Alan Wolfelt menjelaskan tentang 10 hak untuk berduka. Menurutnya, 10 hak untuk berduka ini dimaksudkan untuk memberdayakan diri, juga membantu memutuskan bagaimana reaksi kita terhadap orang orang lain dalam memproses rasa duka kita.
Selain itu, hak-hak ini bukan untuk mencegah kita menjauhkan diri dari orang lain dalam meminta bantuan, melainkan untuk membantu kita agar bisa membedakan tanggapan yang berguna daripada yang menyakitkan.
Tidak ada acara yang ‘benar’ untuk berduka, semua membutuhkan proses untuk beradaptasi dan pemulihan setelah mengalami kehilangan yang sangat berarti. Kita juga tidak perlu membanding-bandingkan pengalaman dan cara kita berduka dengan orang lain, karena nantinya akan mengarah ke penghakiman diri sendiri. Temukan hakmu dan latih dalam menggunakan hak-hak tersebut di dalam memproses rasa dukamu.
Kamu berhak untuk…
1. Berduka dengan caramu sendiri. Jangan biarkan orang lain mendikte rasa dan pengalaman dukamu.
2. Membicarakan tentang rasa dukamu. Carilah orang lain yang membiarkanmu untuk berbicara sebanyak yang kamu mau tentang rasa dukamu.
3. Merasakan banyak emosi. Tidak semua orang bisa memvalidasi emosimu, temukan pendengar yang baik yang akan menerima perasaanmu tanpa menghakimi.
4. Mengetahui batas emosi dan fisik diri sendiri. Rasa duka dapat membuat lelah. Beristirahatlah dengan cukup, makan makanan seimbang dan jangan izinkan orang lain mendorongmu untuk melakukan hal-hal yang belum siap kamu lakukan.
5. Mengalami “griefbursts”. Gelombang duka bisa sangat kuat. Cari seseorang yang mengerti dan akan membiarkanmu untuk membicarakannya.
6. Melakukan ritual grief. Tidak perlu peduli dengan orang menganggap ritual tersebut aneh.
7. Merangkul spiritualismemu. Kelilingi diri dengan orang yang dapat membantumu dalam hal agama dan kepercayaan, tanpa menghakimi.
8. Mencari makna sendiri. Ketika mengalami duka, berbagai pertanyaan akan hadir. Sebagian pertanyaan mungkin bisa terjawab, sebagian tidak terjawab. Komen orang lagi mungkin terdengar klise, bahkan tidak membantu. Kamu tidak perlu mendengarkan.
9. Menghargai kenanganmu. Kenangan adalah salah satu warisan terbaik setelah kematian orang yang kita sayangi. Kamu akan selalu ingat, jadi alih-alih mengabaikan kenangan tersebut, temui orang-orang yang bisa kamu ceritakan tentang kenanganmu.
10. Bergerak ke depan dan pulih. Tentu tidak akan terjadi dengan cepat, karene pengalaman duka adalah sebuah proses, bukan peristiwa. Sabar dan toleran dengan diri sendiri. Kematian orang yang kamu sayangi tengah mengubah hidupmu selamanya.
Selamat melatih hakmu untuk berduka ya. Ingat, kamu berhak untuk berduka dan orang lain juga perlu belajar beradaptasi dengan keadaanmu saat ini pasca kehilangan. Bagikan postingan ini agar orang di sekeliling kita makin sadar bahwa kita juga punya hak untuk berduka.
(Diadaptasi dari The Mourner’s Bill of Rights oleh Alan D. Wolfelt, Ph.D.).